Marhaban Yaa Ramadhan. Ramadhan yang dinanti, Alhamdulillah telah tiba. Suka cita mewarnai hati para kaum muslim di seluruh penjuru dunia.
Suasana Ramadhan, begitu terasa, bagi kita yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Mulai saat menantikan pengumuman mengenai awal mulai Bulan Ramadhan, ramainya masjid dan musholla oleh para jama’ah yang antusias melaksanakan shalat tarawih, sampai suasana pasar dadakan yang menjual aneka makanan minuman untuk berbuka puasa.
Suasana itu biasa kita alami bagi kita yg tinggal di negeri yang mayoritas muslim, khususnya Indonesia. Nah, bagaimana suasana Ramadhan di Negeri Kanguru yang notabene mayoritas adalah non muslim?
Berasarkan data Sensus Tahun 2016, mayoritas penduduk Australia adalah beragama Katolik (22,6%) dan populasi penduduk Australia yang beragama islam sebanyak 2,6%. Australia adalah negara demokrasi modern dan multikultural. Meski menganut sistem sekuler, negara Australia terbuka terhadap ajaran agama, warganya diberikan kebebasan dalam memeluk dan menjalankan agama sesuai kehendak pribadi masing-masing.n
Islam menempati uruan ke-4 agama yang paling banyak dianut di Australia. Mayoritas warga muslim adalah imigran dan keturunnya yang berasal dari berbagai negara di Asia, Eropa dan Afrika. Selain warga negara Australia, penduduk muslim yang bermukim di Autralia, juga didominasi oleh pendatang, termasuk dari Indonesia. Sebagian besar adalah para mahasiswa, sementara yang lain adalah para profesional yang berkarir di berbagai sektor swasta maupun pemerintahan.
Penentuan Awal Ramadhan
Jika di Indonesia, penentuan awal Ramadhan, diumumkan secara resmi oleh Kementrian Agama, setelah melalui proses sidang Isbath. Sedangkan di Australia, penentuan awal Ramadhan ditentukan oleh Australian National Imams Council (ANIC) bersama Dewan Fatwa Australia. Kedua lembaga ini sebagai otoritas yang mempunyai kewenangan dalam memutuskan hari besar islam dan hal-hal terkait syariat islam. Pada tahun ini, awal Ramadhan di Indonesia, dimulai pada hari Minggu, 3 April 2022. Sedangkan di Australia dimulai pada hari Sabtu, 2 April 2022.
Perbedaan Waktu Puasa
Australia merupakan negara dengan iklim sub tropis, memiliki empat musim. Kondisi ini menyebabkan lama waktu (durasi) puasa di Australia berbeda dengan di Indonesia. Pada umumnya lama waktu (durasi) puasa rata-rata di Indonesia adalah 13 jam, maka di Australia lebih singkat. Kondisi ini berubah-ubah dari tahun ke tahun, tergantung musim di mana Bulan Ramadhan terjadi. Awal Ramadhan, durasi puasa sekitar 12 jam 30 menit, mendekati Idul Fitri, durasi puasa menjadi sekitar 11 jam 40 menit. Walaupun lama waktu (durasi) puasa lebih singkat dibanding di Indonesia, namun tantangan dan ujiannya lebih berat, mengapa? Karena mayoritas warga tidak berpuasa, terlebih jika punya mobilitas tinggi bertemu dengan banyak orang di tempat-tempat umum, ini menjadi tantangan dan ujian tersendiri.
Jarang Terdengar Suara Kumandang Adzan
Kumandang adzan selain sebagai penanda waktu sholat, di Bulan Ramadhan juga sebagai penanda waktu dimulai puasa (Shubuh) dan penanda waktu berbuka puasa (Maghrib). Sayangnya, tidak di semua tempat di negara Australia kita bisa mendengar kumandang Adzan. Pertama, terkait peraturan, kedua terkait jumlah masjid yang tidak terlalu banyak. Alhamdulillah sekarang sudah banyak aplikasi jadwal sholat yang bisa digunakan sebagai panduan waktu sholat maupun berpuasa, lengkap dengan kumandang Adzan sesuai zona waktu setempat. Kumandang Adzan pun jarang, jadi jangan berharap sahabat dibangunkan sahur oleh sekelompok anak muda dengan kentongan ya! Hehe
Lokasi Masjid Cukup Jauh
Tidak seperti di Indonesia, sangat mudah kita menjumpai masjid, bahkan dengan jarak kurang dari 3 Km kita sudah bisa menjumpai masjid. Masjid di Autralia jumlah masih sangat sedikit. Tidak jarang kita harus keluar kota menempuh jarak puluhan kilometer untuk bisa mendatangi masjid terdekat. Mengingat kondisi kondisi yang seperti itu, sebagian besar kaum muslim di Autralia, melaksakan Sholat Tarawih di tempat tinggal masing-masing, atau berjama’ah dengan kelompok kecil teman sejawat. Namun, biasanya ada tempat-tempat khusus yang bisa dipergunakan untuk sholat berjama’ah. Khusus di Bulan Ramadhan, biasanya komunitas muslim memiliki Program Ramadhan, diantaranya memfasilitasi Sholat Tarawih Berjama’ah, Kajian Umum dan Berbuka Puasa Bersama serta Perayaan Idul Fitri.
Tidak Ada “Pasar Dadakan” Takjil Ramadhan
Berburu Takjil, alias makanan minuman untuk berbuka puasa, menjadi salahsatu momen seru di Bulan Ramadhan. Berbagai makanan dan minuman khas dipajang yang tentu menggugah selera. Tapi jangan berharap, suasana seperti itu ada di negeri rantau, Australia ya. Muslim di Austrlia biasanya membuat sendiri makanan dan minuman buka puasa. Bagi yang punya keahlian memasak, cukup beruntung, bisa membuat sendiri makanan khas berbuka puasa, Kolak misalnya. Namun bagi yang kurang punya kemampuan memasak, nampaknya harus bersabar menahan rindu makanan khas tersebut. Kabar baiknya, komunitas muslim Indonesia di negara bagian Queensland, Indonesian Muslim Centre of Queensland (IMCQ) punya program bazar bulanan. Bagi sahabat yang ingin bernostalgia suasana bazar Ramadhan, tidak ada salahnya berkunjung ke bazar tersebut. InsyaAllah bisa sedikit mengobati rindu menikmati hidangan berbuka puasa khas Indonesia yang dijajakan oleh para anggota komunitas.
—
Referensi :
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-40427289